Rabu, 29 Agustus 2007

INDONESIA PUSAKA


Disana tempat lahir beta…

Dibuai dibesarkan bunda…

Tempat berlindung dihari tua…

Tempat akhir menutup mata…


Itulah sepenggal bait lagu Indonesia Pusaka. Sebuah lagu perjuangan yang menggambarkan kecintaan akan bumi pertiwi yang cantik dan penuh kasih. Kecintaan sebuah bangsa luhur dan sejahtera. Kilasan sebuah tanah air yang menyimpan berjuta-juta kekayaan dan harapan untuk kesejahteraan. Paling tidak begitulah pemikiran dan harapan yang dituangkan oleh pengarang lagu ini untuk bangsa yang sangat dikagumi dan dicintainya.

Pada beberapa tahun yang lalu, lagu ini begitu populer terutama menjelang peringatan HUT Proklamasi republik ini setiap tangal 17 Agustus. Suatu peringatan akan kecintaan atas bangsa yang elok ini.namun nampaknya sekarang sudah jarang lagi lagu tersebut terdengar di sekolah-sekolah seperti di era tahun 1980an dan awal era 1990an.

Mengapa? Apakah terjadi sesuatu atas bangsa pusaka yang tergambar dalam lagu ini? Ada dua jawaban yang kemudian menjadi pilihan untuk menjelaskannya. Bangsa ini sudah semakin sibuk dengan kegiatan sehari-harinya sehingga sudah jarang sekali mendengar atau menyanyikan lagu ini. Musik-musik asing seakan telah membawa lagu ini menjadi kuno dan kurang diminati. Ataukah memang terjadi sesuatu dengan bangsa ini sehingga lagu itu begitu menyakitkan untuk dinyanyikan?

Krisis ekonomi yang merambat kearah krisis politik yang kemudian menjadikan bangsa ini tertatih-tatih mungkin bisa menjadi refleksi bagi kita untuk berfikir. Penderitaan bangsa ini pada masa lima puluh tahun merdeka ternyata belum berakhir. Rakyat miskin belum melihat pusaka yang digambarkan oleh lagu Indonesia Pusaka. Mari kita coba untuk menyelami beberapa bait lagu ini. Disana tempat lahir beta… Memang benar ditanah air inilah bangsa Indonesia dilahirkan, suatu bangsa yang hidup dan berkembang ditanah air yang elok dan subur yang menjanjikan kemakmuran. Dibuai dibesarkan bunda… Suatu tenpat dimana kita tumbuh dan berkembang untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju tanpa meninggalkan identitas kita.

Tempat berlindung dihari tua… Nah, pada bait inilah mulai muncul sesuatu yang menyakitkan. Pada bait ini sebenarnya tersimpan suatu harapan bahwa pada masa nanti, kondisi bangsa ini akan semakin membaik sehingga rasa aman dan tenteran bisa menghiasi seluruh rakyat. Bolehlah kita merasa aman tinggal di negara ini. Namun bagi beberapa rakyat, masihkah negara ini merupakan suatu tempat untuk berlindung dihari tua. Pada beberapa daerah masih terjadi pertikaian antar kampung. Ketakutan dan kecemasan mewarnai kehidupan mereka. Belum lagi kita melihat lebih jauh, pada kondisi rakyat miskin yang harus berjuang melawan keganasan kehidupan di negeri pusaka ini. Mereka yang tergusur dan harus berpindah-pindah tempat tinggal akibat kebijakan publik pemerintah yang kadang dipaksakan sebelum memberikan solusi tempat setelah digusur. Rasa aman dan tenang mungkin belum mereka rasakan, mereka masih harus berjuang melawan kenaikan harga bahan pokok. Begitu banyak rakyat yang telah berusia lanjut, namun masih tetap harus bekerja keras demi menghidupi kebutuhan keluarga. Oh negeri pusaka yang sangat kaya ini ternyata masih belum memberikan harapan atas kesejahteraan rakyatnya dan belum menjadi tempat yang nyaman untuk hari tua.

Tempat akhir menutup mata…Setelah lelah berjuang dalam kehidupan dinegeri ini, maka dinegeri ini pula kita menutup mata. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita menutup mata dalam kondisi yang nyaman? Meninggalkan kehidupan dunia yang oleh beberapa bagian bangsa ini terasa begitu berat. Menutup mata dengan meninggalkan hutang dan setumpuk permasalahan dan penderitaan. Belum lagi ada rakyat yang harus menutup maa karena tidak kuat menahan beban hidup di negeri ini, atau bahkan harus menutup mata karena suatu kebijakan?

Sebuah lagu yang indah untuk dinyayikan namun begitu menyakitkan dan menyedihkan ketika diresapi dalam hati dengan melihat kondisi negeri pusaka ini. Sudah seharusnya pemerintah sekarang menyanyikan lagu ini dalam pemikiran dan hati nuraninya agar kebijakan yang diambil dapat mewujudkan warisan negeri pusaka ini sebagai tempat yang aman untuk lahir, hidup, berkembang, tua dan mati. Kebijakan yang memihak kepada rakyat baik dalam politik, hukum dan ekonomi yang pada dasarnya harus berada diatas kepentingan pribadi atau golongan sehingga negeri pusaka ini mampu mewujudkan harapan dalam lagu Indonesia pusaka. Marilah, saya, anda, eksekutif, legislatif, yudikatif dan siapapun sebagai pewaris Indonesia pusaka ini menyanyikan lagu ini dalam pemikiran dan tindakan kita dengan satu konduktor yaitu Untuk Indonesia Pusaka, dengan iringan musik penderitaan rakyat dan aransemen pembangunan berkelanjutan untuk rakyat.



Tonny Yin

Staf pengajar Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Muhammadiyah Malang, aktif di Center for Peace and Development Studies (CePeDeS) UMM


Tidak ada komentar: