Rabu, 29 Agustus 2007

KEMERDEKAAN DAN NASIONALISME

Bulan Agustus sudah datang lagi, masih teringat beberapa tahun-tahun yang lalu hampir diseluruh pelosok tanah air merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kegiatan baik yang bersifat sosial maupun seremonial. Bendera merah putih menghiasi sepanjang jalan, pernak - pernik peringatan kemerdekaan pun masih menghiasi jalan protokol di sudut-sudut kota sampai sekarang.

Sampai berapa harikah hal ini akan terus berlangsung? Memang peringatan kemerdekaan republik ini bisa diartikan bersifat simbolis. Luapan kegembiraan rakyat yang merayakan kemerdekaan itu seakan melupakan beban, penderitaan yang mungkin masih disandang oleh sebagaian besar saudara mereka yang masih terjajah dalam belenggu kemiskinan dan kebodohan.

Berbicara tentang kemerdekaan, tentu saja tidak akan jauh dengan masalah nasionalisme. Masalah nasionalisme sering muncul terutama dalam momen-momen penting seperti bulan Agustus dalam setiap tahunnya. Nasionalisme bangsa Indonesia tidak terbantahkan oleh bangsa manapun didunia. Kita bisa melihat sejarah perjuangan bangsa ini dalam mencapai kemerdekaan, yang salah satunya adalah peristiwa heroik sepuluh November yang beritanya tersebar keseluruh dunia yang menggambarkan betapa keberanian dan jiwa nasionalisme tinggi mengalahkan ketakutan terhadap ancaman senjata yang berada didepan mata. Sungguh suatu kebanggaan berbangsa Indonesia.

Bolehlah kita berbangga dengan semangat perjuangan dan nasionalisme yang dicontohkan oleh para pahlawan. Namun bangsa Indonesia tidak boleh larut dalam kenangan romantisme masa lalu. Sebaliknya, bangsa Indonesia harus tetap melihat dan memperhatikan kondisi nasionalisme dalam benak setiap insan bagian bangsa ini. Beberapa kasus yang kembali mencuat dan mengarah pada pemisahan dari NKRI merupakan contoh hal-hal yang harus diperhatikan kembali. Konflik di beberapa daerah dan konflik hasil pilkada juga harus menjadi renungan bagi bangsa Indonesia untuk melihat nasionalisme dalam dirinya sendiri.

Terlalu menyakitkan jika kita menggunakan kata luntur untuk nasionalisme Indonesia. Bangsa ini harus melihat mengapa hal itu terjadi? Apakah karena memang rasa nasionalisme itu sudah tidak ada ataukah karena nasionalisme itu menurun derajadnya karena ulah bangsa kita sendiri? Berbagai kebijakan yang kurang memihak kepada rakyat dapat mengganggu nasionalisme bangsa ini. Kesempatan untuk mewujudkan nasionalisme dalam pembangunan juga bisa menghambat nasionalisme. Janganlah bertanya mengapa, anak-anak bangsa yang pintar dan berprestasi memilih untuk tinggal diluar negeri dan mengembangkan kemampuannya bagi bangsa lain daripada mengembangkannya dinegeri sendiri. Janganlah kita terlalu cepat mencap mereka kurang memiliki jiwa nasionalisme. Namun lebih jauh lagi marilah kita melihat kedalam negeri sendiri, apakah negara tercinta ini sudah memberikan tempat bagi mereka untuk berkembang. Alasan mereka untuk tinggal di luar negeri tidaklah semata-mata karena masalah materi, tapi disisi lain masalah ruang gerak dan fasilitas yang minim disediakan oleh pemerintah dan bahkan alokasi dana untuk pengembangan bidang ilmu tertentu juga masih sangat minim. Jika mereka pemerintah dimasa mendatang lebih banyak membuka kesempatan dan menyediakan perhatian khusus pada pengembangan ilmu tertentu dengan memberikan alokasi dana yang “sepantasnya” bagi program penelitian, maka akan banyak anak bangsa yang akan “pulang kampung” untuk membangun negerinya.

Nasionalisme itu tetap ada. Orang akan bisa dengan mudah berganti baju, style, tempat dan bahkan wajah namun sekalipun menjalani cuci darah, orang tersebut akan tetap memiliki darah Indonesia. Hal ini berarti nilai sebagai bangsa Indonesia akan tetap ada dalam diri setiap person Indonesia dimanapun dia berada. Yang seharusnya menjadi pemikiran bagi bangsa Indonesia saat ini adalah tidak hanya menanamkan nasionalisme dalam bentuk pengajaran formal disekolah, namun lebih pada praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari. Nasionalisme ini harus ditanamkan sejak kecil. Bolehlah kita belajar ke negeri Sakura dalam masalah ini. Kita lihat saja betapapun Jepang telah memiliki kemajuan yang tinggi baik dalam iptek dan ekonomi namun jiwa nasionalisme itu masih terus tertanam bahkan sampai generasi sekarang. Film kartun Jepang, animasi, komik, film anak-anak Jepang selalu memberikan gambaran patriotisme dan kebanggan terhadap bangsa Jepang baik secara langsung maupun tidak, sehingga sejak dini anak-anak Jepang akan dapat mengenal bangsanya sendiri dan akhirnya menumbuhkan rasa memiliki.

Biarlah pada hari – hari terakhir bulan Agustus ini bendera merah putih sudah mulai diturunkan dari tiang dihalaman rumah. Namun, jiwa merah putih, nasionalisme Indonesia harus tetap terjaga dan tetap berkibar dalam hati setiap bangsa Indonesia ini. Semoga renungan kembali atas nasionalisme itu bisa menjadi koreksi bagi pemimpin bangsa baik dalam kebijakann yang dilakukan maupun dalam tindakan, perilaku dan ucapan yang baik. Sehingga bangsa Indonesia tidak akan malu untuk bernasionalisme Indonesia karena pemerintahaannya yang bersih dan pejabat negaranya yang berwibawa dan memberikan contoh nasionalisme kepada masyarakat dengan menjalankan pemerintahan yang bebas KKN. Dirgahayu Indonesiaku!


Tidak ada komentar: